Jodoh Rahasia, kok gitu?

Jodoh, jodoh itu salah satu takdir Allah yang dirahasiakan. Kok bisa? Iya, bisa kok. Kenapa dirahasiakan? Iya agar kita penasaran. Duh terus? Udah, coba renungin bareng yuk. 

Kalo kita pingin beli kalung mutiara, kita pergi aja ke toko perhiasan, disana kita bisa lihat langsung bentuk mutiaranya kayak apa? Warnanya apa? Ukurannya berapa? Harganya berapa? Tinggal beli kalo uang kita cukup, bawa pulang dah. Tapi jodoh ga segampang itu bos. Namanya juga rahasia ya ga tau gimana ceritanya. Sebagai contoh aja. Jodoh itu kayak kita dikasih sebutir mutiara, mutiaranya masih ada di dalam kerang, kerangnya ada di dalam lautan samudra sejagat raya lagi. Terus gimana? Mau nyari? Coba aja.

Caranya ya minta dong sama yang ngasih. Kan ada yang ngasih, tentu dong yang ngasih pasti tau dimana itu berada si mutiara? Ya Allah minta mutiara, ga gitu juga kali, ujug-ujug kita minta gitu. Emang kita siapa? Coba aja minta mobil ke pak Jokowi, belum menghadap presiden pasti kita udah dihadang brigade bersenjata ring 1, ring 2, duh blum ajudan, belum buat janji sama sekretaris kepresidenan. Kita harus tau diri, kita juga harus tau siapa pak Jokowi. Agar kita bisa langsung dikasih mobil yang kita minta, kita harus kenal dulu ke yang punya mobil. Kita harus patuhi yang jadi syaratnya, kita harus turuti apa maunya, kalo pak Jokowi suka pakai baju putih kita juga bisa tiru pakai baju putih, biar sama, kalo pak Jokowi suka pakai parfum tertentu kita ya harus pakai juga, biar nnti akrab. Kita harus tau waktu, jangan datang pas beliau sibuk ngurusin negara, ngurusin rakyat yang lain, kita dicuekin nanti. Kalo perlu kita datang tuh saat rakyat yang lain lagi lengah, saat yang lain lagi tidur, kita datang, jlep kena tuh kita jadi prioritas. Sama kayak kita minta mutiara itu. Karena yang ngasih yang tau, ya kita minta dengan pendekatan yang sama kayak minta mobil ke presiden.

Minta sama Allah, Ya Allah, Engkau katanya mau ngasih hamba mutiara, tapi mutiaranya ada di lautan, lautan kan luas, banyak lagi, yang mana ya Allah, tunjukkanlah ya Allah kepada hamba. Kalo Allah jawab, di lautan Hindia, ya kita datangi tuh lautan Hindia, terus? Mau nyelami dari ujung pojok lautan Hindia sampe ujung lagi? Ya kita minta lagi, ya Allah lautan Hindia luas banget ya Allah, kalo dijajaki sejengkal demi sejengkal ga mungkin ya Allah, mohon petunjuk ya Allah. Kalo Allah jawab lagi, disana tuh, di laut Jawa, ya kita datangi tuh ke laut Jawa. Terus? Mau coba nyari dari laut Jawa dari ujung barat sampe timur? Ya kita minta lagi, ya Allah lautan Jawa luas juga ya Allah ga nututi umur hamba ya Allah kalo nyelem dari barat ke timur. Kalo Allah bilang tuh disana di selat Madura, yaudah datangi kesana. Masih ga bisa? Ya minta lagi sama Allah. Ya Allah selatnya agak luas ya Allah, mutiaranya dimana ya Allah. Kalo Allah bilang, tuh pas di bawahmu. Wah Deket dah tuh, masih belum bisa? Ya minta lagi. Tapi ya Allah hamba ga bisa berenang apalagi menyelam, bisa tenggelam nanti ya Allah. 

Haduh ga bisa berenang ternyata yaudah belajar dulu, belajar berenang, belajar menyelam. Ayo terus ikhtiar. Ternyata eh ternyata setelah berjuang berenang dan menyelam, kerang yang ada mutiara yang ditakdirkan untuk kita udah keduluan ditangkap nelayan. Terus apa mutiaranya jadi milik nelayan? Ga jadi milik kita? Eit... Ga begitu. Mutiara yang sudah Allah janjikan jadi milik kita tidak akan batal apalagi tertukar. Dia kan tetap jadi takdir kita. Ternyata, si nelayan menjual kerangnya ke pengepul di pinggir pantai. Terus, apakah mutiaranya jadi milik si pengepul? Enggak dong, sekali lagi takdir kita tidak akan tertukar. Tuh kan, ternyata si pengepul mengambil mutiara dari kerang dan menjual mutiaranya ke pembuat perhiasan. Berarti mutiaranya jadi milik pembuat perhiasan? Enggak bos, mutiaranya itu tetap takdir kita. Udah terus aja pinta sama yang Maha Menepati janji. Ternyata perhiasan dari mutiara kita dipasok oleh toko perhiasan depan rumah kita. Waduh. Tau gini ga usah ke lautan, cari di toko perhiasan depan rumah aja, hehe. Namanya juga rahasia, kalo dikasih tahu di depan namanya tahusia bukan rahasia. Hehe.

Apakah kita harus jemput mutiaranya ke toko perhiasan depan rumah? Et... Tunggu dulu, dengar dengar, toko perhiasan depan rumah kita kemalingan. Mutiara kita dicuri maling. Wadaw..., Yaudah dah, berrti bukan takdir kita. Et... Tunggu dulu, ingat Allah bukan pendusta. Allah selalu menepati janjinya, mutiaranya tetap takdir kita, ternyata si pencuri tidak sengaja menjatuhkan sebutir mutiara yang dia curi ke selokan depan rumah kita saat berlari. Wah... berarti mutiaranya jadi milik kita? Belum bos. Mutaira itu sementara ini milik yang punya toko

Terus bagaimana? Ya kembalikan. Yah... Ga jadi dong? Jadi. Allah maha menepati janji. Meski kita sudah tau mutiaranya, kita sudah melihat bentuknya, kita sudah melihat warnanya, kita sudah tau siapa yang punya. Karena mutiara itu adalah barang milik penjualnya, maka kita kembalikan pada penjualanya sambil berdoa pada yg Maha Memiliki Segalanya, ya Allah jika mutiara ini adalah takdirku, mudahkanlah aku untuk memilikinya. 

Kita antarkan pada pemilik tokonya, kita sampaikan Assalamualaikum Pak/Bu, permisi nama saya Imin, saya tinggal di seberang jalan tepat di depan toko Bapak dan Ibu. Saya tau mutiara ini milik toko ibu yang jatuh di selokan tepat di depan rumah saya. Kok tau itu milik kita? Ada label tokonya Bu. Hehe. Oh iya itu milik toko kita, kenapa nak? Kata si Bapak, iya pak ini saya serahkan kembali pada Bapak sama Ibu karena mutaira ini milik Bapak dan Ibu. Iya nak terima kasih. Iya Bu. Sama-sama. Permisi Pak/Bu. Pamit pulang dulu, Assalamu'alaikum. Eit... Langsung pulang min? Iya kan sudah dikembalikan. Loh. Katanya mau ikhtiar? Sudah cukup, mutiara itu bukan takdir saya. Eh ga gitu. Takdir kita harus kita perjuangkan, kalo kita sudah yakin kita pantas memiliki mutiara itu, ya kita perjuangkan, kita pinta pada yg punya untuk kita miliki, kita terima segala kondisinya, kita bersihkan kotornya karena pernah jatuh ke selokan, kita perbaiki lecetnya karena pernah dicuri, kita hiasi, tidak perlu melihat masa lalu perjalanan si mutiara kita, kita fokus indahkan masa depannya bersama kita.

Terus? Yaudah. Yakinkan. Pastikan. Jalan. Bismillah, balik lagi Min kita ke rumahnya pemilik toko perhiasan tadi. Terus? Minta kopi, ya minta anaknya dong. Lamar. Bilang gimana? Bilang Bu anaknya mau sy ambil. Hehe. Setidaknya ya bilang dong. Bapak/Ibu maksud kedatangan saya untuk melamar anak Bapak/Ibu untuk menjadi istri saya, pendamping hidup saya dunia hingga surga.... Siah....

^_^ 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tutorial Disain Dan Pemrograman Web (1.1)

Tutorial Disain dan Pemrograman Web (1.3)